SURABAYA: Perum Bulog Sub Divisi Regional (Divre) Jawa Timur menyatakan kesiapan mendistribusikan gula dengan mekanisme pengadaan dan pendistribusian mirip beras miskin (raskin) guna menjamin ketersediaan dan stabilitas harga di tingkat pasar.
Kepala Bulog Jatim Agusdien Fariedh mengatakan, kesiapan ini sebagai langkah awal menjawab kebijakan one gate policy dalam tata niaga gula di Indonesia. Pendistribusian Gula melalui Bulog, lanjut Faridh, diproyeksikan dapat menekan maupun mentabilkan harga komoditas gula yang saat ini kian melambung.
Kepala Bulog Jatim Agusdien Fariedh mengatakan, kesiapan ini sebagai langkah awal menjawab kebijakan one gate policy dalam tata niaga gula di Indonesia. Pendistribusian Gula melalui Bulog, lanjut Faridh, diproyeksikan dapat menekan maupun mentabilkan harga komoditas gula yang saat ini kian melambung.
Namun hingga saat ini, Bulog Jatim masih menunggu kepastian dan surat keputusan penunjukan secara resmi. “Segala sesuatunya sudah disiapkan, karena pada 2009, sudah mendistribusikan sedikit gula dari total produksi, yaitu sebesar 262.650 ton,” kata Faridh saat dikonfirmasi Bisnis, kemarin.
Sementara data pada 2009, dengan sistem keagenan Bulog Jatim telah berhasil menjualkan gula produksi regional sebanyak 262.650 ton lebih banyak dari total target sebesar 168.750 ton. “Pada pendistribusian gula 2009, bulog hanya menjualkan setelah membeli gula hasil produksi dari PTPN yang ada di Jatim,” kata Faridh.
Bulog, kata Faridh, sudah menyiapkan pola pendistribusian keagenan yang menyerupai pembagian raskin di sejumlah daerah. Pola ini akan menjamin ketersediaan gula di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang lebih kompetitif. “Bulog memiliki jaringan logistik dan distribusi yang sudah tersedia bahkan hingga pada tingkat kabupaten,” kata Faridh.
Pola pergudangan dan penyimpanan gula pun juga telah disiapkan. Bulog merencanakan akan menyimpan gula diruangan yang bersebelahan dengan penyimpanan beras. “Untuk komoditas gula, Bulog akan menyimpan bersama beras disejumlah gudang yang tersedia, namun tidak akan dijadikan satu rungan dengan beras,” kata Faridh.
Terhitung, pada seluruh gudang bulog yang tersebar di 33 kabupaten/kota di Jatim, hanya ¼ terisi atau 375.570 ton cadangan beras pemerintah dan raskin. Sebanyak ¾ selebihnya masih kosong dari total 1.267.650 ton daya tampung. “Gudang Bulog di seluruh jatim masih banyak tempat untuk menyimpan gula yang dibeli dari pemerintah,” kata Faridh.
Stabilitas harga dan ketersediaan stok gula diseluruh daerah harus tetap diperhitungkan secara matang. Namun, kata Faridh, hingga kini pemerintah juga belum memberikan penugasan secara resmi kepada Bulog untuk menjadi stabilisator gula. Pada 2009, Bulog hanya ditugaskan membantu menenjualkan gula milik PTPN X, PTPN XI, dan RNI yang bersifat keagenan. Sementara untuk musim I giling 2010 ini, Bulog belum mendapatkan surat dari pusat untuk menjualkan gula mereka.
Kredit membengkak
Selain kesiapan Bulog menangani pendistribusian dan penjualan komoditas gula, sebenarnya masih banyak masalah yang harus pemerintah dan bulog siapkan terkait regulasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembelian dan pembayaran gula.
Terlihat pada pendistribusian raskin, masih banyak warga yang tidak membayar tepat pada waktunya. Akibatnya, kredit dana talangan Bulog dari sejumlah bank untuk membeli beras dari petani dinyatakan seret. Sebanyak Rp22 miliar pada 2009 dana pembayaran raskin tertunggak di jatim. “Bulog berharap kepada pemerintah untuk memberikan regulasi berupa pembelian gula pada pihak PTPN maupun RNI,” kata Faridh.ASHARI PURWO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar