PONOROGO: Sipon, 40, peremuan normal paruh baya yang tinggal di Dusun Tanggungrejo, Desa Karang Patihan, Kecamatan Balong, Ponorogo Jawa Timur, ini hidup dengan keluarga yang memiliki keterbelangan mental (idiot). Sipon sudah keturunan keempat dari keluarga idiot.
Sipon mencoba mengingat, kakeknya juga idiot. Tetapi setelah itu, Sipon mengaku tak ingat lagi turunan kedua dari induk keluarga idiot Sipon.
Tiga puluh tahun lalu, Sipon melahirkan anak bernama Bodong yang terlahir idiot. Lima tahun kemudian Sipon melahirkan adik Bodong bernama, Jamun yang juga idiot. Mereka lahir idiot dari keturunan ayahnya, Sipon tak mau mengingat nama suaminya yang meninggal sejak setahun Bodong lahir. Bodong dan Jamun adalah keturunan kelima dari keluarga idiot.
Diungkap Sipon, Bodong lebih bisa berkarya daripada Jamun. Bodong, mampu membuat anyaman bambu, sedangkan Jamun hanya tidur, bangun dan makan, membersihkan badan pun Jamun tak bisa. Tetapi mereka tak mampu berbuat sesuatu yang lebih berguna. Karena dari kecil mereka tak sekolah, sekalipun di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Setiap hari, selain merumput untuk kambing milik orang lain, pekerjaan Sipon di kampung yang rata-rata penduduknya idiot ini hanya merebus parutan ketela atau thiwul untuk makan keluarganya. Sipon sangat miskin, ia memasak dengan peralatan sederhana, dengan tungku dengan asal api dari kayu yang dibakar.
“Beginilah, kehidupan kami di desa terpencil jauh dari kemajuan. Desa kami terkenal terbelakang karena kebanyakan penduduknya mengalami idiot, miskin, dan tidak berkembang,” kata Sipon, Rabu (18/11).
Bukan Satu-satunya
Keluarga Sipon bukan satu-satunya keluaga yang hidup miskin dan idiot di kampong itu. Leih dari 111 jiwa yang masuk kelompok keluarga dengan masalah keterbelakangan mental, sebagaimana data resmi desa, mayoritas warga idiot ini berusia 40 tahun ke atas. Sebagian lain berusia antara 30-40 tahun, dan sebagian kecil lagi adalah usia balita hingga dewasa (30 tahun).
Data Desa Karang Patihan merinci, dengan total 1.756 KK yang tercatat di administrasi desa, 1.203 KK di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah sebanyak itu sudah termasuk 49 KK yang sebagian atau seluruh anggota keluarganya mengalami keterbelakangan mental/idiot.
Kondisi warga desa ini secara umum memang memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang pertumbuhan fisiknya tidak normal. Seperti badan yang terlalu kecil dibanding usianya, tubuh kurus, mata cekung, busung lapar, dan masih banyak lagi gejala kurang gizi lainnya.
Kepala desa Karang Patihan, Daud Cahyono, Selasa (17/11), merinci ada 49 KK masuk golongan miskin dan terbelakang (idiot), 298 KK miskin di bawah garis merah, dan 856 KK masuk golongan miskin garis kuning, akibat minimnya asupan gizi sejak kecil.
“Mereka tersebar di empat dusun yang ada di Desa Karangpatihan, yakni Dusun Tanggungrejo sebanyak 26 KK, Bibis 9 KK, Krajan 4 KK, dan Bendo 4 KK,” kata Daud Cahyono.
Tak hanya itu, generasi idiot termuda juga ditemukan baru berusia 2 tahun, bernama Rasya Adi Tama. Ia terlahir dengan berat 5,3 kilogram dengan tinggi 52 centimeter, tida menysu ibu seja lahir, sering sakit panas. Rasya Adi Tama lahir dari pasangan Daud Cahyono dan Titin, istri kepala desa.
Dari jumlah sebanyak itu, warga yang sudah dipastikan mengalami gizi buruk ada 111 jiwa. Data ini, kata Daud maupun perangkat lain, mengacu pada jumlah KK miskin dan terbelakang yang ditemukan memiliki anggota keluarga dengan kondisi idiot.
Memang belum ada analisa medis yang secara resmi mengatakan banyaknya warga desa sini yang idiot disebabkan oleh gizi buruk.
“Tapi kami sebagai perangkat desa yang tahu langsung bagaimana kehidupan sehari-sehari warga sini, berani memastikan keterbelaakangan mental yang mereka alami memang karena faktor makanan yang jauh dari memenuhi kategori empat sehat lima sempurna,” kata Daud Cahyono.
Sejak keberadaan kampung ini diketahui banyak orang, tahun 2002 lalu, Daud Cahyono mengatakan sudah banyak bantuan dikirimkan ke kamung idiot ini. Baik dari perusahaan, perorangan dan dari pemerintah.
Tetapi, kehidupan di kampung ini tak jauh berbeda, masih sama dengan kehidupan moyang mereka yang makan thiwul. Keseharian mereka pun tak jauh beda. Mereka, penyandang idiot hanya rata-rata memeriksakan kelainan mereka dua kali seumur hidup.
Pemerintah Belum Siapkan Sekolah
Serbasulit. Selama ini generasi dari kampung idiot memang hidup sangat terbelakang. Selain kemiskinan dan keterbelakangan mental melanda, pendidikan yang diharakan dapat mampu memberikan jaminan peningkatan kualitas hidup pun tak bisa didapat.
Daud Cahyono mengatakan di desa ini hanya terdapat empat SD dengan skala kecil. Jika ingin menempuh sekolah lanjutan di tingkat SMP maupun SMA, warga Karang Patihan ini harus keluar dari desa.
“Disini tidak ada SLB yang bisa memberi mereka pendidikan. Disini, penyandang idiot hanya bisa mengenal dan menghitung uang. Masalah pendidikan ini kian melengkapi penderitaan ratusan penyandang keterbelakangan mental di desa Karang Patihan,” ujar Daud Cahyono.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan pemprov saat ini berkonsentrasi berusaha untuk menyediakan air bersih dan kesehatan bagi seluruh warga kampung ini. Terkait pendidikan, pemprov belum bisa memberikan jaminan. Karena harus ada tim ahli untuk menangani pendidikan bagi warga kampung idiot.
‘Bukan jaminan, tetapi Pemprov Jatim tetap berusaha memberikan pendidikan untu warga disini. Tetapi, harus ada tim ahli untuk membangun dan mengadakan kegatan belajar mengajar bagi penyandang keterbelakangan mentl di kampong ini,” ujar Sorkarwo sewaktu berkunjung ke kampung idiot Ponorogo, Selasa (17/11). ASHARI PURWO
Sipon mencoba mengingat, kakeknya juga idiot. Tetapi setelah itu, Sipon mengaku tak ingat lagi turunan kedua dari induk keluarga idiot Sipon.
Tiga puluh tahun lalu, Sipon melahirkan anak bernama Bodong yang terlahir idiot. Lima tahun kemudian Sipon melahirkan adik Bodong bernama, Jamun yang juga idiot. Mereka lahir idiot dari keturunan ayahnya, Sipon tak mau mengingat nama suaminya yang meninggal sejak setahun Bodong lahir. Bodong dan Jamun adalah keturunan kelima dari keluarga idiot.
Diungkap Sipon, Bodong lebih bisa berkarya daripada Jamun. Bodong, mampu membuat anyaman bambu, sedangkan Jamun hanya tidur, bangun dan makan, membersihkan badan pun Jamun tak bisa. Tetapi mereka tak mampu berbuat sesuatu yang lebih berguna. Karena dari kecil mereka tak sekolah, sekalipun di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Setiap hari, selain merumput untuk kambing milik orang lain, pekerjaan Sipon di kampung yang rata-rata penduduknya idiot ini hanya merebus parutan ketela atau thiwul untuk makan keluarganya. Sipon sangat miskin, ia memasak dengan peralatan sederhana, dengan tungku dengan asal api dari kayu yang dibakar.
“Beginilah, kehidupan kami di desa terpencil jauh dari kemajuan. Desa kami terkenal terbelakang karena kebanyakan penduduknya mengalami idiot, miskin, dan tidak berkembang,” kata Sipon, Rabu (18/11).
Bukan Satu-satunya
Keluarga Sipon bukan satu-satunya keluaga yang hidup miskin dan idiot di kampong itu. Leih dari 111 jiwa yang masuk kelompok keluarga dengan masalah keterbelakangan mental, sebagaimana data resmi desa, mayoritas warga idiot ini berusia 40 tahun ke atas. Sebagian lain berusia antara 30-40 tahun, dan sebagian kecil lagi adalah usia balita hingga dewasa (30 tahun).
Data Desa Karang Patihan merinci, dengan total 1.756 KK yang tercatat di administrasi desa, 1.203 KK di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah sebanyak itu sudah termasuk 49 KK yang sebagian atau seluruh anggota keluarganya mengalami keterbelakangan mental/idiot.
Kondisi warga desa ini secara umum memang memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang pertumbuhan fisiknya tidak normal. Seperti badan yang terlalu kecil dibanding usianya, tubuh kurus, mata cekung, busung lapar, dan masih banyak lagi gejala kurang gizi lainnya.
Kepala desa Karang Patihan, Daud Cahyono, Selasa (17/11), merinci ada 49 KK masuk golongan miskin dan terbelakang (idiot), 298 KK miskin di bawah garis merah, dan 856 KK masuk golongan miskin garis kuning, akibat minimnya asupan gizi sejak kecil.
“Mereka tersebar di empat dusun yang ada di Desa Karangpatihan, yakni Dusun Tanggungrejo sebanyak 26 KK, Bibis 9 KK, Krajan 4 KK, dan Bendo 4 KK,” kata Daud Cahyono.
Tak hanya itu, generasi idiot termuda juga ditemukan baru berusia 2 tahun, bernama Rasya Adi Tama. Ia terlahir dengan berat 5,3 kilogram dengan tinggi 52 centimeter, tida menysu ibu seja lahir, sering sakit panas. Rasya Adi Tama lahir dari pasangan Daud Cahyono dan Titin, istri kepala desa.
Dari jumlah sebanyak itu, warga yang sudah dipastikan mengalami gizi buruk ada 111 jiwa. Data ini, kata Daud maupun perangkat lain, mengacu pada jumlah KK miskin dan terbelakang yang ditemukan memiliki anggota keluarga dengan kondisi idiot.
Memang belum ada analisa medis yang secara resmi mengatakan banyaknya warga desa sini yang idiot disebabkan oleh gizi buruk.
“Tapi kami sebagai perangkat desa yang tahu langsung bagaimana kehidupan sehari-sehari warga sini, berani memastikan keterbelaakangan mental yang mereka alami memang karena faktor makanan yang jauh dari memenuhi kategori empat sehat lima sempurna,” kata Daud Cahyono.
Sejak keberadaan kampung ini diketahui banyak orang, tahun 2002 lalu, Daud Cahyono mengatakan sudah banyak bantuan dikirimkan ke kamung idiot ini. Baik dari perusahaan, perorangan dan dari pemerintah.
Tetapi, kehidupan di kampung ini tak jauh berbeda, masih sama dengan kehidupan moyang mereka yang makan thiwul. Keseharian mereka pun tak jauh beda. Mereka, penyandang idiot hanya rata-rata memeriksakan kelainan mereka dua kali seumur hidup.
Pemerintah Belum Siapkan Sekolah
Serbasulit. Selama ini generasi dari kampung idiot memang hidup sangat terbelakang. Selain kemiskinan dan keterbelakangan mental melanda, pendidikan yang diharakan dapat mampu memberikan jaminan peningkatan kualitas hidup pun tak bisa didapat.
Daud Cahyono mengatakan di desa ini hanya terdapat empat SD dengan skala kecil. Jika ingin menempuh sekolah lanjutan di tingkat SMP maupun SMA, warga Karang Patihan ini harus keluar dari desa.
“Disini tidak ada SLB yang bisa memberi mereka pendidikan. Disini, penyandang idiot hanya bisa mengenal dan menghitung uang. Masalah pendidikan ini kian melengkapi penderitaan ratusan penyandang keterbelakangan mental di desa Karang Patihan,” ujar Daud Cahyono.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan pemprov saat ini berkonsentrasi berusaha untuk menyediakan air bersih dan kesehatan bagi seluruh warga kampung ini. Terkait pendidikan, pemprov belum bisa memberikan jaminan. Karena harus ada tim ahli untuk menangani pendidikan bagi warga kampung idiot.
‘Bukan jaminan, tetapi Pemprov Jatim tetap berusaha memberikan pendidikan untu warga disini. Tetapi, harus ada tim ahli untuk membangun dan mengadakan kegatan belajar mengajar bagi penyandang keterbelakangan mentl di kampong ini,” ujar Sorkarwo sewaktu berkunjung ke kampung idiot Ponorogo, Selasa (17/11). ASHARI PURWO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar