Rabu, 17 November 2010

Pemprov Jatim anggarkan Rp25 miliar untuk perkuat industri pengolahan dan logam


SURABAYA: Pemerintah melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Timur terus memacu kinerja industri khususnya industri logam dan pengolahan dengan mengalokasikan dana sebesar Rp25 miliar untuk revitalisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di sejumlah wilayah.

Kepala Disperindag Jatim M Fatah Yasin mengatakan, telah menganggarkan dana untuk merevitalisasi sedikitmnya 15 UPT industri pada 2011. Dikatakan, pemrintah provinsi Jarim melalui Komisi B DPRD Jatim telah menyetujui anggaran belanja sebesar Rp25 miliar dari sebelumnya Rp45 miliar anggaran yang diajukan. “Dana tersebut berasal dari APBD 2011,” kata Fatah saat meninjau stan pameran produk daerah berskala nasional dengan tema Gebyar pasar produk daerah  yang diselenggarakan oleh Disperindag Jatim, Surabaya, siang ini.

Fatah melanjutkan, dana tersebut rencanaya akan digunakan untuk memperkuat dan memacu konsentrasi pemerintah pada tumbuhnya industri menengah berbasis agro dan logam. “UPT industri pengolahan mamin di Trosobo, akan diberikan alokasi anggaran sebesar Rp2 miliar sementara UPT industri logam akan dialokasikan dana sebesar Rp5 miliar,” kata Fatah merinci.

Fatah berharap, dengan langkah revitalisasi ini maka jumlah industri akan bertambah sehingga kontribusinya terhadap APBD juga akan naik sebesar 10% hingga 15%. “Pertumbuhannya di 2011 bisa mencapai sekitar 2% dari posisi saat ini yang kurang dari sepersen,” kata Fatah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim merinci, kinerja industri pengolahan di Jatim mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Tercatat, per triwulan III/2010 produksi industri pengolahan Jatim naik sebesar 17,39% dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan terbesar terjadi pada industri makanan dan minuman (mamin) yang mencapai sekitar 18,83%, disusul industri logam dasar sebesar 10,66% dan industri furnitur dan pengolahan lainnya sebesar 9,11%.

Kepala BPS Jatim Irlan Indrocahyo mengatakan, kenaikan yang cukup tinggi pada sektor industri mamin ini lebih disebabkan oleh besarnya kenaikan produksi gula pasir karena selama Juli-September 2010 adalah masa giling tebu. Beberapa industri penggilingan tebu atau PG tersebut tersebar di wilayah Kediri, Lumajang, Probolinggo, Jombang, Nganjuk, Madiun dan Ngawi. Sementara industri logam dasar sebagian besar berada di Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Pasuruan dan Surabaya.

Sementara industri pengolahan yang mengalami penurunan terbesar adalah industri pengolahan tembakau yang mencapai 11,19%, selanjutnya industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mencapai 10,96% dan industri barang galian bukan logam 2,62%. “Sebagai tambahan, jumlah industri besar dan sedang di Jatim pada tahun 2009 mencapai 6.196 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja yang mencapai 893.617 orang,” saat jumpa pers beberapa waktu lalu.  (Ashari Purwo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar